I.
Latar Belakang
Para peternak di daerah desa karangharjo, kec.Sulang, kab. Rembang
pada umumnya memanfaatkan “padang pangonan” atau kawasan
lain untuk mengembalakan ternak dan hampir tidak ada inovasi untuk meningkatkan
ketersediaan dan kualitas pakan, sehingga pada musim kemarau banyak ternak yang
kurus karena kekurangan pakan. Pada sisi lain di daerah ini juga merupakan
kawasan pengembang tanaman tebu yang cukup baik.
Pada musim kemarau terutama di daerah pengembangan tebu
limbah daun tebu cukup melimpah, pada hal tanaman tebu menghasilkan daun pucuk
yang jumlahnya melimpah terutama pada musim tebang, yang biasanya pada musim
kemarau. Namun belum banyak dimanfaatkan oleh peternak di desa karangharjo, kec.Sulang, kab. Rembang sebagai
sumber pakan ternak. Kualitas hijauan makanan ternak yang berasal dari limbah
pertanian nilai biologisnya sangat rendah, hal ini disebabkan karena tanaman
pertanian umumnya dipanen pada saat hasil utamanya telah mencapai tingkat
kematangan yang diinginkan (bppp, 2012). Melalui progam pembuatan ransum pakan
ternak fermentasi dari limbah pucuk tebu, sehingga pemanfaatan pucuk tebu untuk
pakan ternak melalui proses fermentasi ini diharapkan peranan pucuk tebu dapat
dijadikan sebagai sumber pakan alternative saat memasuki musim kemarau. Dengan
memperhatikan faktor agroekologi, pengelolaan usahatani tebu dan ternak, serta
sosial budaya.
Diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas ternak.
Terjadinya keterpaduan yang menguntungkan secara ekonomis, sosial dan ekologis
antara usahatani tebu dan ternak sapi pada suatu wilayah pengembangan tebu ( romli,
2012).
II.
Tujuan
1.
Peternak mampu memenuhi gizi ternak
mereka untuk meningkatkan kualitas perternakan .
2.
Peternak mampu memanfaatan pucuk tebu
limbah hasil panen tanaman tebu untuk pakan ternak ruminansia.
3.
Mampu memberi nilai guna pada limbah
putuk tebu di lingkungan setempat.
4.
Solusi saat terjadi kelulitan pengadaan
pakan ternak saat musim kemarau/kering.
III.
Dasar Teori
Makanan ternak/pakan ternak adalah semua bahan yang diberikan kepada ternak berupa campuran bahan organik
dan anorganik untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan zat makanan bagi fungsi dan produksi ternak
yang dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.
Kualitas pakan
ternak tergantung pada komposisi nutrisi yang terkandung di dalamnya terutama
pada bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan tingkat
kecernaan (Kuswandi, 1990). Pakan utama sapi terdiri atas hijauan, limbah
tanaman pertanian atau perkebunan, kacang-kacangan, dan konsentrat.
Produktivitas sapi potong tergantung pada pakan yang diberikan, oleh karena itu
pakan ternak harus memperhatikan mutu, jumlah, dan ketersediaan.
Kebutuhan pakan
ternak sapi adalah sebgai berikut :
a
Hijauan pakan
umumnya berupa rumput dan semak. Pada musim hujan, ketersediaan hijauan
tersebut berlimpah, namun pada musim kemarau jumlahnya terbatas. Dengan
menyimpannya dalam bentuk kering, hijauan tersebut dapat dimanfaatkan pada
musim kemarau (Kuswandi, 1990). Limbah daun tebu ketika musim panen tersedia
melimpah sehingga dibutuhkan proses pengolahan, baik melalui pembuatan silase
dengan proses fermentasi maupun dalam bentuk bahan baku konsentrat untuk
meningkatkan nilai nutrisi dan daya simpan lebih lama. Menurut Rusdi (1992),
proses fermentasi pakan dapat meningkatkan protein, palatable, dan daya simpan.
Di samping itu, pembuatan pakan fermentasi dapat diperkaya dengan mikroba
probiotik yang dapat meningkatkan daya cerna pakan dan memperbaiki sistem
pencernaan sapi.
Pucuk tebu mengandung protein yang rendah ,hal ini dapat
dilihat pada hasil analisa yang telah dilakukan oleh Wardhani dkk. Bahwa, pucuk tebu mengandung 22,34% bahan kering,
protein kasar 4,94%, serat kasar 33,54%, lemak 1,34%, beta-N 44,08% dan abu
8,21 %. Menurut Pigden , pucuk tebu bukan saja mengandung protein yang rendah,
tetapi juga mineral dan vitamin rendah. Oleh karena itu, pemberian pucuk tebu
pada ternak ruminansia memerlukan bahan suplementasi sebagai sumber protein,
mineral dan vitamin. Suplementasi yang disarankan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Preston clan Leng
adalah urea, proteinbypass, pati-bypass, mineral clan vitamin.
Upaya praperlakuan dan/atau suplementasi pada penggunaan
serat limbah yang lain dapat menggunakan prinsip-prinsip tersebut. Sapi muda
seberat 200 kg yang perlu bertumbuh 0,5 kg per hari diperkirakan membutuhkan
protein 570 g dan energi 51 MJ (NRC, 1984), maka bila pakan basalnya pucuk tebu
(5,5% protein dari bahan kering, energi termetabolis (ME) 8,326 MJ/kg bahan
kering), konsumsinya diperkirakan 3,5 kg bahan kering yang hanya
memasok protein kasar sebanyak 192,5 g dan energi 29,141 MJ ME, sehingga akan
memerlukan tambahan protein kasar sebanyak 377,5 g dan energy 21,859 MJ. Secara
teoritis, kekurangan dapat dipenuhi dengan menambahkan 1,5 kg katul dan 58 g
urea. Dengan perkiraan meningkatnya konsumsi pucuk tebu bila diberi perlakuan
atau ditambah legum dan mineral, maka diharapkan pertambahan bobot hidupnya meningkat.( KUSWANDI , 2007).
Berdasarkan klasifikasi
dan berdasarkan asal pakan dari pucuk tebu ini tergolong pakan
nabati yaitu pakan yang berasal dari tumbuhan/tanaman dengan kandungan
karbohidratnyatinggi dari pakan hewani, tapi kualitas proteinnya
lebih rendah dari pakan hewani dan juga mengandung asam amino yang lebih
rendah dari pakan hewani.
Contoh : jagung, bungkil
kedele, dedak, rumput, bungkil, kelapa dll.
IV.
Pembahasan
Dengan adanya inovasi pembutan pakan fermentasi dari
pucuk tebu ini diharapkan dapat menjadikan solusi para peternak di dusun Sidoluhur, desa karangharjo, kec.Sulang, kab. Rembang
saat kesulitan mendapatkan pakan ternak pada musim kemarau. Sehingga menjadikan
salah satu teknologi terapan yang tepat guna. Disisi lain juga mampu menambah
nilai guna limbah pucuk tebu yang sangat melimpah pada saat musim panen tiba
yang biasanya di lakukan pada mendekati musim kemarau.
1.
Pendekatan Yang
Dilakukan Saat Mengitriduksikan Pembuatan Pakan Fermentasi Dari Pucuk Tebu
Kering
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan
pendekatan “ cooperation on farm reseach
“ pada kelompok peternak dusun Sidoluhur,
desa karangharjo, sulang rembang. Metode ini mengacu pada prinsip-prisip action research yang memiliki ciri-ciri
antara lain :
1. Partisipasi masyarakat dalam aksi bersama
2. Fasilitas untuk menciptakan kesamaan pkikiran.
3. Intervestasi teknologi yang dinilai (diuji) dan
4. Pemeberdayaan pengembangan potensi sumberdaya manusia(dalam hal ini masyarakat)
(warsito
R, 2000 ; iqbal M, et al 2007)
2.
Pembuatan
Pakan Fermentasi Dari Pucuk Tebu Kering
Pelatihan pembuatan pakan ternak sapi
dengan pakan pucuk tebu dengan proses fermentasi. Tujuan dari pelatihan ini
adalah para peternak dapat memanfaatkan pucuk tebu yang melimpah saat musim
panen tebu. Sehingga pucuk tebu ini biasanya di biarkan dilahan menjadi
kering di lahan. Peternak dapat membuat
pakan dengan nilai gizi tinggi secra mandiri.
Tabel Ransum pakan ternak sapi pucuk tebu kering dengan proses
fermentasi.
Bahan
|
Konsentrasi
|
1. Pucuk tebu tebu kering
2. Mineral
3. Urea
4. Bekatul
5. Garam
6. Probiotik
7. Tetes
8. Air
|
60%
4%
2%
20%
2 %
6%
6%
Secukupnya
|
Sumber : BPPP 2012
Cara pembuatan pakan fermentasi dan
perlakuan sapi potong:
1. Pucuk
tebu kering di cacah menggunakan mesin pencacah.
2. Semua
bahan di campur menjadi satu dengan cara manual.
3. Kemudia
dimasukkan kedalam drum berukuran ± 100 liter lalu ditutup sehingga proses
fermentasi berlangsung secara anairob.
4. Proses
fermentasi ini berlangsung selama 4 hari dan hari ke 5 dapat diberikan kepada
ternak sapi.
5. Pemeberian
pakan 20-35 kg/ekor/hari. Perlakuan ini dilakukan semala 3 bulan
6. Melakukan
penimbangan berkala sehingga padat diketahui pertambahan bobot.
Gambar bahan bahan yang digunakan
|
Gambar Proses pencacahan pucuk tebu kering.
|
Gambar proses pencampuran
|
Gambar Proses fermentasi secara an aerob.
|
3. Penanganan Kendala
Beberapa kendala bila pucuk tebu dijadikan
pakan ternak ruminansia dan solusinya dapat diringkaskan sebagai berikut :
Kendala
|
Kemungkinan
Solusi
|
Kecernaan
rendah
|
Praperlakuan
dengan alkali
|
Nitrogen
terfermentasi
rendah
|
Tambahkan
urea sebanyak
2%
dari bahan kering bahan
|
Bypass protein dan lemak
rendah
|
Tambahkan
bungkil-bungkil,
dedak,
katul
|
Fermentasi
menghasilkan
sumber
glukosa rendah
|
Tambahkan
rumen modifiers, pakan kaya pati (menir, jagung
|
Fraksi
serat tercerna
Rendah
|
Tambahkan
legum hijau atau rumput muda
|
Kandungan
mineral
Rendah
|
Tambahkan
semua unsur,
terutama
belerang
|
Pengolahan dengan proses memfermentasikan pucuk tebu ini
juga menjadikan pakan ini mampu disimpan dalam jangka lama. Semisal saat musim
panen tebu jumlah limbah pucuk tebu sangat melimpah para peternak mampu
membuatnya secara besar dan banyak. Kemudian menyimpannya sehingga saat
ketersediaan pakan hijauan berkurang atau langka para peternak mempunyai cadangan
pakan yaitu pakan dari fermentasi pucuk tebu yang mereka sudah simpan
sebelumnya
V. Penutup
Peternak sapi potong di desa
karangharjo, kec.Sulang, kab. Rembang diharapkan mampu peningkatan pendapatan, perbaikan pakan ternak yang
mampu memenuhi kebutuhan ternak sapi potong secara optimal maka dilakukan
intervensi dan introduksi teknologi yaitu :pemanfatan limbah pucuk tebu untuk
dibuat pakan fermentasi.
Pemanfaatan pucuk tebu ini juga akan menambah nilai guna
pucuk tebu yang yang merupakan limbah hasil panen tanaman tebu yang jumlahnya
melimpah saat musim panen yang biasanya saat musim kemarau dan menjadi salah
satu solusi penanganan limbah panen tanaman tebu.
VI. Daftar pustaka
KUSWANDI. 2007. Teknologi Pakan untuk Limbah Tebu (Fraksi Serat) sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Musofie, A., N,K . Wardhani, S.
Tedjowahjono dan K. Maksum . 1981 . Pemberian
Pucuk Tebu dengan Penambahan Pelbagai Level Konsentrat pada Sapi Bali Dara
. Laporan Khusus Penelitian Sub Balai Penelitian Ternak, Grati
Umiyasih,
U. dan Y.N. Anggraeny. 2007. Petunjuk teknis ransum seimbang strategi pakan
pada sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lolit Sapi
Potong, Pasuruan.
Romli,
Moch. 2012. Sistem Pertanian Terpadu Tebu Ternak Mendukung Swasembada Gula Dan
Daging. BPPP.
WARDHANI,
N.K. dan A. MUSOFIE. 1985. Respon sapi perah dara terhadap pemberian wafer pucuk
tebu dan rumput Gajah. Pros. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan
Ternak. Grati, 5 Maret 1985. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 56 – 60.
Warsito, R., 2000.
Metode Penelitian Sosial Dalam Menunjang Pengembangan Pertanian. Semnas. Metode
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Berwawasan Ekoregional. Salatiga.
http://khoirunisa1.blogspot.com/
BalasHapushttp://yuliasaputri31.wordpress.com/
http://sabillarosyadi.wordpress.com/
http://karinasilfia.wordpress.com/
http://bengbeng-off.blogspot.com/
http://bunglondri12.blogspot.com/
http://sapasepta.blogspot.com/
http://genageni.blogspot.com/
http://bengbeng-off.blogspot.com/2014/08/powerschool-band-keren-dari-jogja.html
Wah, menarik. Adakah hasil penambahan berat pada hewan ternak?
BalasHapus