Penerapan
Sistem Budidaya Vertikultur Pada Penerapan Tanaman Sayauran Di Kebun Percobaan
Kartini
I.
DASAR TEORI
Sesuai dengan asal katanya dari bahas inggris, yaitu
vertical dan culture maka maka vertikultur adalah system budidaya pertanian
yang dilakukan secara vertical atau bertinggkat, baik indoor mau pun outdoor.
System budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang
cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 m mungkin
hanya bisa menanam 5 tanaman dengan, system vertical bisa untuk 20 batang
tanaman. Vertikultur tidak hanya kebun vertical namun ide ini sangat merangsang
seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas dipekarangan yang sempit
sekalipun. Struktur vertical, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya
(Liverdi, 2011)
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber
pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.
Model,bahan,ukuran,wadah vertikultur yang sangat banyak,tinggal di sesuaikan
dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk segi panjang,atau
mirip anak tangga,dengan berapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat
berupa bamboo atau pipa paralon,kaleng bekas,bahkan lebaran karung beraspun
bisa,karena salah satu filosofinya dari vertikultur adalah memanfaatkan
benda-benda bekas di sekitar kita. (liferdi ,2011)
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah
dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kepemilikan nilai ekonomis yang tinggi, berumur pendek dan
berakar pendek. Tanaman yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara
lain, selada, kangkung, bayam, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi,
tomat, pare, pace, kacang, panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikulur ini perlu dipertimbangan aspek
ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil
penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai
media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (liferdi,
2011)
Perlu
diketahuai bahwa terdapat beberapa jenis vertokultur. Masing-masing memeliki
karekteristik yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis
vertical, biasanya kita temui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbenntuk kolom
yang tegak berdiri dilahan. Jenis yang kedua adalah jenis horizontal, yang
umumnya kita temui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Selain itu ada
pula jenis vertikul yang bergatung. Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau
wadah yang dikat oleh tali atau kawat dan digantung pada atao (Avicenna, 2011)
Untuk
memulai budidaya tanaman vertikultur sebenarnya tidak terlalu repot dengan
menghabiskan peralatan dan menghabiskan biaya yang begitu besar., karena hal
yang terpenting adalah wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang yang baik
bagi tanaman. Namun kita terkadang menginginkan hasil yang tidak hanya berupa
panen, tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan
setruktur bangunan tanaman tahan lama. Untuk alas an-alasan itu maka terdapat
beberapa pilihan bahan yang nantinya bisa dipilh, seperti paralon, bambu,
talang, pot, dll. Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung
pada bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek,
tinggi-rendah, serta besar-kecilnya tergantung pada lahan yang kita miliki
(Banfad, 2008)
Sebagai
persiapan awal jika kita memulai budidaya vertikultur ada beberapa lang kah
yang haru kita lakukan, yaitu anatara lain:
1.
Pembuatan wadah tanaman vertikultur.
Bahan yang kita gunakan, serperti
yang sudah dikatakan tadi yaitu: bisa memanfaatkan barang-barang bekas seperti
paralon, talang, bamboo,pot dan bambu.
2.
Pengadaan media tanam.
Media
tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media
tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media
tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam
dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran
hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat
unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan
prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah
sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi
unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran
media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak
ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah
hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan
agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan
dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.( Lifedi, 2011)
3.
Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Sebelum
berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit
tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada
tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media
tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan
memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air.
Persemaian menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray
dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi).
Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas
tempat kue. Ada pun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi
yang bersifat organik. Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat
disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa
juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat
disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih
diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah
persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang
sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah
layak dipindah
tanamkan.
Bibit
tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu
bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam
dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik.
Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke
dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang
tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian
akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe
merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah.( Liferdi, 2011)
4.
Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar
(sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita
punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen
dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran
bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
II.
TUJUAN
-
Mahasiswa
mampu mempraktekkan system vertikultur dalam melakukan budidaya tanaman sayuran
-
Mahasiswa
mampu mengetahui keuntungan dan kekurangan dari system vertikultur.
III. ALAT DAN BAHAN
-
Paralon
-
Serok
-
Cangkul
-
Ember
-
Gembor
-
Tanah
-
Pupuk
kandang
-
Osa
-
Sekam
-
Tanaman:
·
Salada
merah
·
Salada
hijau
·
Cabai
·
Kalian
·
Seledri
·
Bit
·
Brokoli
IV.
CARA KERJA
1. Alat dan bahan diparsiapkan terlebih dahulu
2. Campur tanah, pupuk kandang, osa, dan sekam dengan
perbandingan 2:1:1:1 menggunakan cangkul
3. Tiga
paralon berlubang setinggi ± 1,5 m yang telah dipersiakan, ditanam vertikal
dengan kedalaman ± 30 cm pada lahan yang telah dipersiapkan.
4. Isi
masing- masing paralon dengan campuran tanah, pupuk kandang, osa, dan sekam
yang telah dibuat sebelumnya menggunakan serok dan ember hingga penuh
5. Tanam
setiap lubang tanam pada paralon dengan bibit tang telah dipersiapkan
6. Sirami
media tanam media tanam menggunakan gembor
7. Pengamatan
setiap minggu selama 6 minggu, dalam mengamati
·
Tinggi tanaman setiap minggu
·
Jumlah daun setiap minggu
V.
HASIL
PENGAMATAN
Minggu I
|
Minggu II
|
||||
Nama Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Nama Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Bit 1
|
11
|
5
|
Bit 1
|
16
|
5
|
2
|
10
|
8
|
2
|
14,5
|
9
|
3
|
13
|
8
|
3
|
17
|
5
|
Sledri 1
|
10
|
6
|
Sledri 1
|
11
|
6
|
2
|
9
|
6
|
2
|
13,5
|
7
|
3
|
10
|
7
|
3
|
11,5
|
6
|
4
|
9
|
4
|
4
|
11
|
5
|
Cabai 1
|
19
|
10
|
Cabai 1
|
24
|
10
|
2
|
19
|
13
|
2
|
22
|
15
|
3
|
13
|
7
|
3
|
17
|
8
|
4
|
13
|
11
|
4
|
12
|
5
|
Slada Hijau 1
|
9
|
4
|
Slada Hijau 1
|
19,5
|
7
|
2
|
12
|
5
|
2
|
11
|
4
|
3
|
9
|
3
|
3
|
11
|
5
|
4
|
7
|
4
|
4
|
12,5
|
6
|
5
|
8
|
4
|
5
|
10
|
5
|
6
|
15
|
3
|
6
|
9
|
5
|
7
|
7
|
4
|
Sawi 1
|
14,5
|
5
|
Sawi 1
|
9
|
4
|
2
|
12
|
6
|
2
|
8
|
4
|
Slada Merah 1
|
7
|
6
|
Slada Merah 1
|
3,5
|
4
|
2
|
7
|
6
|
2
|
3
|
3
|
3
|
7
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
7
|
5
|
4
|
2
|
3
|
5
|
3
|
3
|
5
|
3
|
4
|
Kailan 1
|
12
|
4
|
2
|
14
|
4
|
|||
3
|
10
|
2
|
|||
4
|
12
|
3
|
|||
Brokoli 1
|
6
|
1
|
|||
2
|
8
|
4
|
|||
3
|
11,5
|
4
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
||||
Nama Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Nama Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Bit 1
|
19
|
6
|
Bit 1
|
18
|
6
|
2
|
16
|
10
|
2
|
18
|
9
|
3
|
19
|
8
|
3
|
19
|
7
|
Sledri 1
|
12
|
7
|
Sledri 1
|
13
|
8
|
2
|
12
|
9
|
2
|
13
|
7
|
3
|
11,5
|
9
|
3
|
10
|
10
|
Cabai 1
|
19
|
16
|
4
|
11
|
7
|
2
|
26
|
16
|
Cabai 1
|
40
|
32
|
3
|
24
|
14
|
2
|
27
|
28
|
4
|
12
|
14
|
3
|
17
|
20
|
Slada Hijau 1
|
11,5
|
8
|
Slada Hijau 1
|
14
|
12
|
2
|
12
|
17
|
2
|
25
|
11
|
3
|
11
|
7
|
3
|
14
|
6
|
4
|
23
|
12
|
4
|
17
|
7
|
5
|
14
|
7
|
5
|
18
|
10
|
Sawi 1
|
14
|
8
|
6
|
22
|
12
|
2
|
9
|
8
|
7
|
13
|
9
|
Slada Merah 1
|
11
|
8
|
8
|
19
|
9
|
2
|
8
|
6
|
9
|
19
|
15
|
3
|
12
|
9
|
Sawi 1
|
15
|
8
|
4
|
9
|
6
|
2
|
10
|
8
|
5
|
8
|
6
|
Slada Merah 1
|
15
|
10
|
6
|
6
|
4
|
2
|
15
|
7
|
Kailan 1
|
12
|
7
|
3
|
14
|
7
|
2
|
14,5
|
7
|
4
|
10
|
7
|
3
|
11
|
6
|
5
|
9
|
5
|
4
|
8
|
4
|
Kailan 1
|
16
|
8
|
Brokoli 1
|
7
|
6
|
2
|
13
|
6
|
2
|
7
|
2
|
3
|
12
|
7
|
3
|
5
|
5
|
4
|
12
|
4
|
4
|
7
|
5
|
Brokoli 1
|
12
|
6
|
2
|
9
|
3
|
|||
3
|
9
|
6
|
|||
4
|
11
|
6
|
Minggu
V
|
Minggu
VI
|
||||
Nama
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Nama
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Bit 1
|
18
|
6
|
Bit 1
|
19
|
6
|
2
|
15
|
9
|
2
|
17
|
9
|
3
|
17
|
8
|
3
|
18
|
8
|
Sledri 1
|
12
|
20
|
Sledri 1
|
13
|
20
|
2
|
10
|
21
|
2
|
11
|
21
|
3
|
8
|
22
|
3
|
9
|
22
|
4
|
12
|
23
|
4
|
13
|
23
|
Cabai 1
|
42
|
20
|
Cabai 1
|
44
|
20
|
2
|
30
|
15
|
2
|
32
|
15
|
3
|
17
|
10
|
3
|
19
|
10
|
Slada Hijau 1
|
10
|
9
|
Slada Hijau 1
|
12
|
10
|
2
|
35
|
20
|
2
|
37
|
20
|
3
|
9
|
8
|
3
|
11
|
9
|
4
|
25
|
9
|
4
|
27
|
10
|
5
|
13
|
8
|
5
|
15
|
9
|
6
|
16
|
10
|
6
|
18
|
11
|
7
|
30
|
15
|
7
|
32
|
17
|
Sawi 1
|
10
|
10
|
Sawi 1
|
13
|
14
|
2
|
10
|
16
|
2
|
13
|
17
|
Slada Merah 1
|
16
|
8
|
Slada Merah 1
|
18
|
9
|
2
|
8
|
6
|
2
|
10
|
8
|
3
|
10
|
7
|
3
|
12
|
9
|
4
|
12
|
5
|
4
|
14
|
7
|
5
|
5
|
4
|
5
|
7
|
6
|
Kailan 1
|
10
|
7
|
Kailan 1
|
12
|
9
|
2
|
10
|
7
|
2
|
14
|
10
|
3
|
8
|
5
|
3
|
10
|
8
|
4
|
10
|
4
|
4
|
12
|
6
|
Brokoli 1
|
15
|
5
|
Brokoli 1
|
17
|
8
|
2
|
13
|
5
|
2
|
15
|
7
|
3
|
12
|
6
|
3
|
14
|
8
|
.
VI. PEMBAHASAN
Penanaman secara
vertikultur menggunakan paralon sebagai wadah tumbuh tanaman dipilih karena
pada dasarnya vertikultur dikembangkan untuk memanfaatkan ruang atau lahan yang
sempit sehingga memerlukan wadah untuk penanaman yang tidak memakan tempat.
Untuk paralon yang tidak terlalu besar, lalu tahan terhadap cuaca, tidak
terlalu mahal dan ringan menjadi alasan mengapa pralon dipilih menjadi alat
dalam penanaman kali ini. Sebenarnya selain paralon, bisa saja menggunakan
bambu, namun dari segi ketahanan pada cuaca paralon lebih tahan lama
dibandingkan bambu.
Selanjutnya,
komposisi bahan media tumbuh yang dipakai seperti tanah, pupuk kandang,
osa, dan sekam berbanding 2:1:1:1, akan
tetapi akibat banyaknya praktikan yang memiliki kebutuhan yang sama yaitu pupuk
kandang, osa, dan sekam sedangkan jumlah dari bahan cukup terbatas menyebabkan
masing-masing kelompok tidak sama rata dalam mendapatkan bahan. Perbandingan
yang seharusnya 2:1:1:1 antara bahan dan tanah tidak tercapai. Hal ini
memungkinkan pengaruh pada pertumbuhan tanaman yang menjadi terhambat karena
kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman.
Kendala yang ada tidak hanya sampai disitu. Pengaruh hujan dan
penyiraman menyebabkan media tanah cenderung memadat. Pemadatan ini dapat
berpengaruh pada perakaran tanaman muda yang baru dipindah tanam dari polybag.
Akar yang masih muda tidak akan cukup kuat untuk menembus tanah yang padat dan
menyebabkan pertumbuhan menjadi tidak maksimal.
Dari
bibit yang dipakaipun ketika proses pemindahan tanam dari polybag pembibitan ke
paralon mengalami masalah. Masing-masing kelompok memilih bibitnya
sendiri-sendiri, sehingga ada kelompok yang mendapatkan bibit yang kurang baik.
Untuk kelompok kami, kami mendapatkan bibit yang bermacam-macam bagus dan
tidaknya. Kualitas bibit akan menentukan bagaimana ketahanan tanam pada
lingkungan, perakaran, pertumbuhan dan produktivitas. Didalam penanaman juga
terjadi banyak kelemahan diantaranya putusnya akar ketika memasukkan tanaman ke
dalam lubang paralon dan putusnya daun ketika mencoba memasukkan tanaman selada
ke dalam lubang. Selain itu assistent juga menghimbau agar tanah yang ada
didalam polybag pembibitan juga ikut dimasukkan ke dalam lubang, hal tersebut
ditujukan agar menghindari putusnya akar dan menambah jumlah tanah agar tidak
terbuang sia-sia. Namun dalam praktiknya, tanah sering terjatuh dan akar
tanaman ikut terputus. Putusnya akar akan menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat karena unsur hara yang ada digunakan untuk pemulihan akar.
Keuntungan yang kita dapat dari pemindahan tanaman dari polybag kecil ke
paralon adalah perakaran tanaman akan lebih kuat dan lebih banyak akar yang
tumbuh.
Dari
segi ketersediaan unsur hara sendiri rupanya sangat terbatas, dikarenakan tidak
adanya pemupukan lanjutan setelah penanaman. Dan hanya dilakukan penyiraman
menyebabkan unsur-unsur yang terkandung di dalam media tanam larut terbawa air.
Bisa dilihat dari hasil pengamatan, tanaman cenderung menjadi kerdil, tidak
berkembang secara maksimal dikarenakan tidak tercukupinya unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Selain itu dari penampilan fisiknya, terlihat tanaman
kurang terlalu segar dan cenderung pucat. Hal tersebut dikarenakan sinar
matahari yang tinggi menyebabkan penguapan air yang terjadi menjadi meningkat,
sedangkan asupan air pada tanaman hanya bisa dilakukan pada waktu-waktu
tertentu. Hanya mengandalkan air hujan dan ketika menyiram teknik yang
dilakukan kurang tepat. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan penampilan
tanaman menjadi pucat dan terlihat kurang segar. Pertumbuhan tanaman juga tidak
seragam. Hal tersebut dikarenakan tidak semua tanaman mendapatkan unsur hara
dan air dalam jumlah yang sama. Tanaman yang berada dibawah cenderung lebih
besar dan segar dibanding dengan tanaman yang ada diatas. Hal tersebut
dikarenakan unsur-unsur yang terkandung didalam tanah larut terbawa air.
Sedangkan seperti yang kita ketahui, penyiraman tidak dilakukan secara rutin,
hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman dibagian bawah menjadi lebih
bagus.
Untuk hama yang
menyerang, kebanyakan ada pada tanaman cabai dan brokoli. Untuk selada,
cenderung lebih tahan terhadap serangan hama.
Kendala yang mungkin
dihadapi ketika melakukan vertikultur menggunakan paralon jenis ini adalah
dalam pembuatan paralon tidak semua orang dapat membuatnya. Butuh biaya ekstra
untuk meminta orang untuk membuat paralon yang diberi lubang. Dibutuhkan juga
teknik yang tepat dalam pembuatannya, karena jika tidak lubang yang dihasilkan
mungkin saja kurang lebar, atau terlalu dekat dan akan berimbas pada
pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.
Terlepas dari segala
kelemahan yang ada, vertikultur jenis ini memiliki keuntungan dan kelebihan
tersendiri. Dari segi efisiensi tempat, dengan luas lahan yang tidak begitu
besar, praktikan masih bisa menanam tanamanan sayuran di lahan. Lalu
vertikultur jenis ini memiliki kelebihan lain yaitu apabila penanganan
tanamannya tepat akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Karena posisinya yang
tinggi mengarah keatas membuat tanaman seharusnya mendapatkan sinar matahari
maksimal. Sinar matahari dibutuhkan untuk proses fotosintesis dan bila
kebutuhan ini terpenuhi maka produktivitas yang mungkin dihasilkan akan
meningkat. Dari segi penyiraman dan ketersediaan unsur hara, seharusnya
vertikultur akan lebih mudah karena air dan unsur hara yang diberikan tidak
akan menghilan terlalu banyak. Air dan unsur hara akan tersimpan dalam pot yang
menjadi dasar dari paralon, akan tetapi jangan sampai lupa untuk teteap rutin
memberikan tambahan asupan air dan unsur hara. Selain itu, rupanya vertikultur
jenis ini memiliki nilai estetika. Terbukti dari banyaknya orang yang tiap kali
melewati kebun selalu melihat kearah paralon yang kami buat. Rupanya jenis
pertanian ini diperkotaan Salatiga masih belum populer, ini artinya masih ada
peluang besar untuk dikembangkan lebih luas lagi.
VII.
KESIMPULAN
1.
Metode vertikultur menggunakan paralon
yang dilakuakn oleh mahasiswa dalam praktikum matakuliah asistensi hortikultura
untuk pembudidayaan tanaman telah dilakukan. Meskipun banyak kendala dan kurang
maksimalnya dalam penerapan, tetapi mahasiswa telah mengetahui proses dan
sistem penanaman secara vertikultur.
2.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari
sistem budidaya vertikultur.
Kelebihannya
:
·
Efektif diterapkan di lokasi yang sempit
atau langka lahan yang padat penduduk.
·
Selain itu nilai ekonomis vertikultur
juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Hal ini membuat vertikultur mempunyai
nilai lebih jika kita terapkan di daerah perkotaan. Selain memberikan manfaat
dalam menambah penyediaan sayuran, juga memberikan hiburan berupa keindahan
pada setiap orang yang melihatnya.
·
Dalam menjaga unsur hara agar tidak
hilang vertikultur sanagt cocok untuk diterapkan, namun hal yang perlu diingat
adalah ketersediaan unsur hara harus tetap dijaga agar ada setiap saat.
Kelemahannya
:
·
Perlu biaya yang tidak murah dalm
pembuatan dan perancangan awalnya, namun untuk perawatan tidak terlalu mahal.
·
Memerlukan perhatian ekstra dalam
perawatannya, karena tanaman tidak bebas mencari unsur hara ditanah sehingga
setiap kebutuhan tanaman harus dipenuhi setiap waktu.
·
Dibutuhkan teknik dan pembelajaran dalam
pelaksanaannya, jadi tidak bisa secara langsung kita berhasil melakukannya.
Perlu waktu dan proses untuk bisa berhasil mempraktikkan model vertikultur yang
ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2006. Vertikultur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Departemen
Pertanian.
Avicenna.
2011. Mengenal Vertikultur. http:// thegreenstall.blogspot.com/2011/02/mengenal-vertikultur-dan-tips .html.
(Diakses tanggal 29/11/2013, 19:34 PM)
Bangfad.
2008. Budidaya Secara Vertikultur. http:// cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-tanaman-secara-vertikultur. html. (Diakses tanggal 29/11/2013, 19:57 PM)
Lukman,
Liferdi. 2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur. Bandung :
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar