Senin, 09 Desember 2013

Penerapan Sistem Budidaya Vertikultur

        

Penerapan Sistem Budidaya Vertikultur Pada Penerapan Tanaman Sayauran Di Kebun Percobaan Kartini


           I.                   DASAR TEORI

Sesuai dengan asal katanya dari bahas inggris, yaitu vertical dan culture maka maka vertikultur adalah system budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertinggkat, baik indoor mau pun outdoor. System budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 m mungkin hanya bisa menanam 5 tanaman dengan, system vertical bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya kebun vertical namun ide ini sangat merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas dipekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertical, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya (Liverdi, 2011)
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model,bahan,ukuran,wadah vertikultur yang sangat banyak,tinggal di sesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk segi panjang,atau mirip anak tangga,dengan berapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bamboo atau pipa paralon,kaleng bekas,bahkan lebaran karung beraspun bisa,karena salah satu filosofinya dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. (liferdi ,2011)
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepemilikan nilai ekonomis yang tinggi, berumur pendek dan berakar pendek. Tanaman yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain, selada, kangkung, bayam, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, pace, kacang, panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikulur ini perlu dipertimbangan aspek ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (liferdi, 2011)
            Perlu diketahuai bahwa terdapat beberapa jenis vertokultur. Masing-masing memeliki karekteristik yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis vertical, biasanya kita temui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbenntuk kolom yang tegak berdiri dilahan. Jenis yang kedua adalah jenis horizontal, yang umumnya kita temui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Selain itu ada pula jenis vertikul yang bergatung. Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau wadah yang dikat oleh tali atau kawat dan digantung pada atao (Avicenna, 2011)
            Untuk memulai budidaya tanaman vertikultur sebenarnya tidak terlalu repot dengan menghabiskan peralatan dan menghabiskan biaya yang begitu besar., karena hal yang terpenting adalah wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang yang baik bagi tanaman. Namun kita terkadang menginginkan hasil yang tidak hanya berupa panen, tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan setruktur bangunan tanaman tahan lama. Untuk alas an-alasan itu maka terdapat beberapa pilihan bahan yang nantinya bisa dipilh, seperti paralon, bambu, talang, pot, dll. Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung pada bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah, serta besar-kecilnya tergantung pada lahan yang kita miliki (Banfad, 2008)
            Sebagai persiapan awal jika kita memulai budidaya vertikultur ada beberapa lang kah yang haru kita lakukan, yaitu anatara lain:
1.                   Pembuatan wadah tanaman vertikultur.
Bahan yang kita gunakan, serperti yang sudah dikatakan tadi yaitu: bisa memanfaatkan barang-barang bekas seperti paralon, talang, bamboo,pot dan bambu.
2.                   Pengadaan media tanam.
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.( Lifedi, 2011)

3.                       Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian  menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Ada pun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik. Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindah tanamkan. 
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah.( Liferdi, 2011)
4.                   Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.

            II.                TUJUAN

-   Mahasiswa mampu mempraktekkan system vertikultur dalam melakukan budidaya tanaman sayuran
-          Mahasiswa mampu mengetahui keuntungan dan kekurangan dari system vertikultur.

III.               ALAT DAN BAHAN
   
                              -          Paralon
                              -          Serok
                              -          Cangkul
                              -          Ember
                              -          Gembor
                              -          Tanah
            -          Pupuk kandang
            -          Osa
            -          Sekam
            -          Tanaman:
       ·         Salada merah
       ·         Salada hijau
       ·         Cabai
       ·         Kalian
       ·         Seledri
       ·         Bit
       ·         Brokoli


IV.             CARA KERJA

1.      Alat dan bahan diparsiapkan terlebih dahulu
2.  Campur tanah, pupuk kandang, osa, dan sekam dengan perbandingan 2:1:1:1 menggunakan cangkul
3. Tiga paralon berlubang setinggi ± 1,5 m yang telah dipersiakan, ditanam vertikal dengan kedalaman ± 30 cm pada lahan yang telah dipersiapkan.
4.      Isi masing- masing paralon dengan campuran tanah, pupuk kandang, osa, dan sekam yang telah dibuat sebelumnya menggunakan serok dan ember hingga penuh
5.      Tanam setiap lubang tanam pada paralon dengan bibit tang telah dipersiapkan
6.      Sirami media tanam media tanam menggunakan gembor
7.      Pengamatan setiap minggu selama 6 minggu, dalam mengamati
·         Tinggi tanaman setiap minggu
·         Jumlah daun setiap minggu



V.                HASIL PENGAMATAN
Minggu I
Minggu II
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bit 1
11
5
Bit 1
16
5
      2
10
8
      2
14,5
9
      3
13
8
      3
17
5
Sledri 1
10
6
Sledri 1
11
6
           2
9
6
          2
13,5
7
           3
10
7
          3
11,5
6
           4
9
4
          4
11
5
Cabai 1
19
10
Cabai 1
24
10
          2
19
13
          2
22
15
          3
13
7
          3
17
8
          4
13
11
          4
12
5
Slada Hijau 1
9
4
Slada Hijau 1
19,5
7
                   2
12
5
                    2
11
4
                   3
9
3
                    3
11
5
                   4
7
4
                    4
12,5
6
                   5
8
4
                    5
10
5
                   6
15
3
                    6
9
5
                   7
7
4
Sawi 1
14,5
5
Sawi 1           
9
4
         2
12
6
         2
8
4
Slada Merah 1
7
6
Slada Merah 1
3,5
4
                     2
7
6
                     2
3
3
                     3
7
4
                     3
4
4
                     4
7
5
                     4
2
3
                     5
3
3
                     5
3
4
Kailan 1
12
4



            2
14
4



            3
10
2



            4
12
3



Brokoli 1
6
1



             2
8
4



             3
11,5
4







Minggu III
Minggu IV
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bit 1
19
6
Bit 1
18
6
      2
16
10
      2
18
9
      3
19
8
      3
19
7
Sledri 1
12
7
Sledri 1
13
8
          2
12
9
          2
13
7
          3
11,5
9
          3
10
10
Cabai 1
19
16
          4
11
7
          2
26
16
Cabai 1
40
32
          3
24
14
          2
27
28
          4
12
14
          3
17
20
Slada Hijau 1
11,5
8
Slada Hijau 1
14
12
                    2
12
17
                    2
25
11
                    3
11
7
                    3
14
6
                    4
23
12
                    4
17
7
                    5
14
7
                    5
18
10
Sawi 1
14
8
                    6
22
12
         2
9
8
                    7
13
9
Slada Merah 1
11
8
                    8
19
9
                     2
8
6
                    9
19
15
                     3
12
9
Sawi 1
15
8
                     4
9
6
         2
10
8
                     5
8
6
Slada Merah 1
15
10
                     6
6
4
                     2
15
7
Kailan 1
12
7
                     3
14
7
            2
14,5
7
                     4
10
7
            3
11
6
                     5
9
5
            4
8
4
Kailan 1
16
8
Brokoli 1
7
6
            2
13
6
             2
7
2
            3
12
7
             3
5
5
            4
12
4
             4
7
5
Brokoli 1
12
6



             2
9
3



             3
9
6



             4
11
6






Minggu V
Minggu VI
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Nama Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bit 1
18
6
Bit 1
19
6
      2
15
9
      2
17
9
      3
17
8
      3
18
8
Sledri 1
12
20
Sledri 1
13
20
           2
10
21
           2
11
21
           3
8
22
           3
9
22
           4
12
23
           4
13
23
Cabai 1
42
20
Cabai 1
44
20
          2
30
15
          2
32
15
          3
17
10
          3
19
10
Slada Hijau 1
10
9
Slada Hijau 1
12
10
                    2
35
20
                    2
37
20
                    3
9
8
                    3
11
9
                    4
25
9
                    4
27
10
                    5
13
8
                    5
15
9
                    6
16
10
                    6
18
11
                    7
30
15
                    7
32
17
Sawi 1
10
10
Sawi 1
13
14
         2
10
16
         2
13
17
Slada Merah 1
16
8
Slada Merah 1
18
9
                     2
8
6
                      2
10
8
                     3
10
7
                      3
12
9
                     4
12
5
                     4
14
7
                     5
5
4
                     5
7
6
Kailan 1
10
7
Kailan 1
12
9
           2
10
7
            2
14
10
           3
8
5
            3
10
8
           4
10
4
            4
12
6
Brokoli 1
15
5
Brokoli 1
17
8
             2
13
5
              2
15
7
             3
12
6
              3
14
8







          
     















                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
      

VI.     PEMBAHASAN

Penanaman secara vertikultur menggunakan paralon sebagai wadah tumbuh tanaman dipilih karena pada dasarnya vertikultur dikembangkan untuk memanfaatkan ruang atau lahan yang sempit sehingga memerlukan wadah untuk penanaman yang tidak memakan tempat. Untuk paralon yang tidak terlalu besar, lalu tahan terhadap cuaca, tidak terlalu mahal dan ringan menjadi alasan mengapa pralon dipilih menjadi alat dalam penanaman kali ini. Sebenarnya selain paralon, bisa saja menggunakan bambu, namun dari segi ketahanan pada cuaca paralon lebih tahan lama dibandingkan bambu.
            Selanjutnya, komposisi bahan media tumbuh yang dipakai seperti tanah, pupuk kandang, osa,  dan sekam berbanding 2:1:1:1, akan tetapi akibat banyaknya praktikan yang memiliki kebutuhan yang sama yaitu pupuk kandang, osa, dan sekam sedangkan jumlah dari bahan cukup terbatas menyebabkan masing-masing kelompok tidak sama rata dalam mendapatkan bahan. Perbandingan yang seharusnya 2:1:1:1 antara bahan dan tanah tidak tercapai. Hal ini memungkinkan pengaruh pada pertumbuhan tanaman yang menjadi terhambat karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman.  Kendala yang ada tidak hanya sampai disitu. Pengaruh hujan dan penyiraman menyebabkan media tanah cenderung memadat. Pemadatan ini dapat berpengaruh pada perakaran tanaman muda yang baru dipindah tanam dari polybag. Akar yang masih muda tidak akan cukup kuat untuk menembus tanah yang padat dan menyebabkan pertumbuhan menjadi tidak maksimal.
            Dari bibit yang dipakaipun ketika proses pemindahan tanam dari polybag pembibitan ke paralon mengalami masalah. Masing-masing kelompok memilih bibitnya sendiri-sendiri, sehingga ada kelompok yang mendapatkan bibit yang kurang baik. Untuk kelompok kami, kami mendapatkan bibit yang bermacam-macam bagus dan tidaknya. Kualitas bibit akan menentukan bagaimana ketahanan tanam pada lingkungan, perakaran, pertumbuhan dan produktivitas. Didalam penanaman juga terjadi banyak kelemahan diantaranya putusnya akar ketika memasukkan tanaman ke dalam lubang paralon dan putusnya daun ketika mencoba memasukkan tanaman selada ke dalam lubang. Selain itu assistent juga menghimbau agar tanah yang ada didalam polybag pembibitan juga ikut dimasukkan ke dalam lubang, hal tersebut ditujukan agar menghindari putusnya akar dan menambah jumlah tanah agar tidak terbuang sia-sia. Namun dalam praktiknya, tanah sering terjatuh dan akar tanaman ikut terputus. Putusnya akar akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena unsur hara yang ada digunakan untuk pemulihan akar. Keuntungan yang kita dapat dari pemindahan tanaman dari polybag kecil ke paralon adalah perakaran tanaman akan lebih kuat dan lebih banyak akar yang tumbuh.
            Dari segi ketersediaan unsur hara sendiri rupanya sangat terbatas, dikarenakan tidak adanya pemupukan lanjutan setelah penanaman. Dan hanya dilakukan penyiraman menyebabkan unsur-unsur yang terkandung di dalam media tanam larut terbawa air. Bisa dilihat dari hasil pengamatan, tanaman cenderung menjadi kerdil, tidak berkembang secara maksimal dikarenakan tidak tercukupinya unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu dari penampilan fisiknya, terlihat tanaman kurang terlalu segar dan cenderung pucat. Hal tersebut dikarenakan sinar matahari yang tinggi menyebabkan penguapan air yang terjadi menjadi meningkat, sedangkan asupan air pada tanaman hanya bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Hanya mengandalkan air hujan dan ketika menyiram teknik yang dilakukan kurang tepat. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan penampilan tanaman menjadi pucat dan terlihat kurang segar. Pertumbuhan tanaman juga tidak seragam. Hal tersebut dikarenakan tidak semua tanaman mendapatkan unsur hara dan air dalam jumlah yang sama. Tanaman yang berada dibawah cenderung lebih besar dan segar dibanding dengan tanaman yang ada diatas. Hal tersebut dikarenakan unsur-unsur yang terkandung didalam tanah larut terbawa air. Sedangkan seperti yang kita ketahui, penyiraman tidak dilakukan secara rutin, hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman dibagian bawah menjadi lebih bagus.
Untuk hama yang menyerang, kebanyakan ada pada tanaman cabai dan brokoli. Untuk selada, cenderung lebih tahan terhadap serangan hama.
Kendala yang mungkin dihadapi ketika melakukan vertikultur menggunakan paralon jenis ini adalah dalam pembuatan paralon tidak semua orang dapat membuatnya. Butuh biaya ekstra untuk meminta orang untuk membuat paralon yang diberi lubang. Dibutuhkan juga teknik yang tepat dalam pembuatannya, karena jika tidak lubang yang dihasilkan mungkin saja kurang lebar, atau terlalu dekat dan akan berimbas pada pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.
Terlepas dari segala kelemahan yang ada, vertikultur jenis ini memiliki keuntungan dan kelebihan tersendiri. Dari segi efisiensi tempat, dengan luas lahan yang tidak begitu besar, praktikan masih bisa menanam tanamanan sayuran di lahan. Lalu vertikultur jenis ini memiliki kelebihan lain yaitu apabila penanganan tanamannya tepat akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Karena posisinya yang tinggi mengarah keatas membuat tanaman seharusnya mendapatkan sinar matahari maksimal. Sinar matahari dibutuhkan untuk proses fotosintesis dan bila kebutuhan ini terpenuhi maka produktivitas yang mungkin dihasilkan akan meningkat. Dari segi penyiraman dan ketersediaan unsur hara, seharusnya vertikultur akan lebih mudah karena air dan unsur hara yang diberikan tidak akan menghilan terlalu banyak. Air dan unsur hara akan tersimpan dalam pot yang menjadi dasar dari paralon, akan tetapi jangan sampai lupa untuk teteap rutin memberikan tambahan asupan air dan unsur hara. Selain itu, rupanya vertikultur jenis ini memiliki nilai estetika. Terbukti dari banyaknya orang yang tiap kali melewati kebun selalu melihat kearah paralon yang kami buat. Rupanya jenis pertanian ini diperkotaan Salatiga masih belum populer, ini artinya masih ada peluang besar untuk dikembangkan lebih luas lagi.


VII.          KESIMPULAN
1.      Metode vertikultur menggunakan paralon yang dilakuakn oleh mahasiswa dalam praktikum matakuliah asistensi hortikultura untuk pembudidayaan tanaman telah dilakukan. Meskipun banyak kendala dan kurang maksimalnya dalam penerapan, tetapi mahasiswa telah mengetahui proses dan sistem penanaman secara vertikultur.

2.      Adapun kelebihan dan kekurangan dari sistem budidaya vertikultur.
Kelebihannya :
·         Efektif diterapkan di lokasi yang sempit atau langka lahan yang padat penduduk.
·         Selain itu nilai ekonomis vertikultur juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Hal ini membuat vertikultur mempunyai nilai lebih jika kita terapkan di daerah perkotaan. Selain memberikan manfaat dalam menambah penyediaan sayuran, juga memberikan hiburan berupa keindahan pada setiap orang yang melihatnya.
·         Dalam menjaga unsur hara agar tidak hilang vertikultur sanagt cocok untuk diterapkan, namun hal yang perlu diingat adalah ketersediaan unsur hara harus tetap dijaga agar ada setiap saat.
Kelemahannya :
·         Perlu biaya yang tidak murah dalm pembuatan dan perancangan awalnya, namun untuk perawatan tidak terlalu mahal.
·         Memerlukan perhatian ekstra dalam perawatannya, karena tanaman tidak bebas mencari unsur hara ditanah sehingga setiap kebutuhan tanaman harus dipenuhi setiap waktu.
·         Dibutuhkan teknik dan pembelajaran dalam pelaksanaannya, jadi tidak bisa secara langsung kita berhasil melakukannya. Perlu waktu dan proses untuk bisa berhasil mempraktikkan model vertikultur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA




LAMPIRAN









Tidak ada komentar:

Posting Komentar